Kamis, 09 Desember 2010

KOLOM NAJLA

BEGAL
Najla Cynthia Conelly

           Siang itu, suasana perumahan Taman Cileunyi sangat sepi.  Seperti kebiasanku setiap hari, tugasku menjaga warung, sekaligus membereskan rumah yang terkadang masih acak-acakan,sepeninggal ayah dan ibu yang berangkat tugas.

           Terkadang terasa membosankan, aku yang masih belia harus menggantikan posisi mereka. Belum jika adik-adikku berangkatnya siang. Otomatis tugasku sedikit bertambah dengan mengurusi mereka.

          Namun kulakukan itu semua, bukan sebagai beban. Tetapi  merupakan suatu proses pembelajaran.

          Tepat pukul 11.30, seorang pembeli yang tidak aku kenal, pura-pura membeli Rokok. Dengan helm yang tidak dilepaskan dari kepalanya. Pada saat yang bersamaan, adikku yang bungsu pulang sekolah.

          Dengan pongahnya, dia masuk ke dalam rumah tanpa melepaskan sepatu. Aku terkejut bercampur takut !!!

          Bak seorang raja, dia menyuruh ini dan itu. Karena ku takut, kuturuti perintahnya. Namun tak lama ,dia langsung cabut.

          Begitu dia cabut, kucari HP Nexian kesayanganku. Astagfirulah al adzim, ternyata HP ku juga raib dibawanya pula. Aku  tak kuasa meneteskan air mata, sementara adikku menangis tersedu-sedu ketakutan.

          Begitu cepatnya kejadian itu, tak seorangpun tetangga yang tahu. Itulah kehidupan... terkadang keras, terkadang buas, demikian ayahku bilang. Biarlah semua terjadi, karena Tuhan tak pernah tidur dan pasti ada hikmah yang terkandung didalam setiap kejadian.

          Maling, penipu, jambret, rampok, BEGAl apapun namanya itu, profesi yang terkadang sungguh sangat tak bisa kumengerti.

           Tiga hari setelah kejadian tersebut, didepan permata biru - Cileunyi, kumelihat sendiri kejadian yang sangat "tak pantas" tuk dilihat. 
           Seorang Maling Motor babak belur dihajar massa. Dengan darah segar ditangan, seorang massa seolah-olah bangga telah ikut menumpahkan darah sang Maling. Sementara tiga orang polisi tak bisa berkutik,  melihat kebuasan massa. 

            Bak binatang yang harus dimusnahkan, massa yang marah mengambil barang apa saja yang bisa dihujankan kebadan sang maling. Ada yang menghantamkan bambu, batu bahkan besi dan kunci inggris.

            Memang ada rasa kegeraman  melihat sang maling, tetapi aku sangat miris melihat kejadian yang memilukan tersebut. Tuhan... begitu lengkap pelajaran yang kau berikan padaku.....!!!!

            

         
                     

Senin, 29 November 2010

KUMPULAN SAJAK


 Diambil dari Kumpulan Sajak :  Kang "U" Kong


SAGAGANG KEMBANG ROS BODAS

Hiliwir angin peting
Niisan hate nu keur rungsing
Sora Jangkrik ngan ngagerik
Caricangkas ukur mupuas

          Gulidagna rasa katresna
          Ngan ukur bisa kedal na rasa
          Asih teh ngan ukur ngolembar
          Deudeuh teh bet jadi hambar

Kuring sumegruk mudalkeun rasa
Nya didieu anjeun tetep renggenek
Disimbutan taneuh beureum
Dipapas tutunggul rasa.

          Jungjunan....
          Kamari urang balayar duduaan
          Meungkeut asih pasini anu saati
          Ngumbar rasa pinuh kabagja

Jungjunan...
Geuning wanci geus lingsir ngulon
Cimata robah jadi sawangan
Sugan jaga urang tepang

          Sagagang Kembang Ros Bodas
          Tilam asih marengan rasa
          Mapaes rasa katresna
          Maturan anjeun salawasna

Ah....
Layung beureum tos ngahibaran
Ninggalkeun sagagan kembang harepan
Wawakil rasa, 
Marengan salawasna

Minggu, 28 November 2010

PROFIL GURU

ETI ROCHAETI
Hantarkan Sekolah Tertinggal
Jadi Sekolah Favorit Berstandar Nasional

         Perjalanan karir Eti Rochaeti, dimulai dari SDN Karya Mulya I Kota Cirebon. Sekolah Favorit berstandar Nasional, yang menjadi buruan orang tua siswa didaerah Kesambi ini, dulu kondisinya tidak seperti sekarang. Kubangan kerbau dan lebatnya pohon bambu merupakan pemandangan sehari-hari, yang tidak bisa dipisahkan dari sekolah ini. Pada saat itu (sekitar tahun 1975-an) masyarakat didaerah Karya Mulya masih memandang sebelah mata akan arti pentingnya pendidikan.

          Pernah, Bu Eti yang lagi melaksanakan Proses Belajar Mengajar didatangi orang tua murid sambil menenteng golok, menyuruh anaknya pulang.
"Apaan ira sekolah, mendingan nutu" (Daripada sekolah, lebih baik menumbuk padi. Red). Sebagai jiwa pendidik, Eti muda tidak begitu saja menyerah. Dia bersama guru lainnya secara bertahap memberikan pemahaman tentang arti pentingnya pendidikan kepada masyarakat didaerah tersebut.

     Suatu ketika istri dari Rusmaya Hadi ini, pernah mendapatkan undangan pernikahan dari orang tua murid, dimana calon pengantinnya adalah siswanya sendiri yang masih duduk di kelas II. Ada perasaan sedih, kecewa dan marah kepada orang tua pengantin yang tega menikahkan anaknya yang masih dibawah umur. Apalagi saat itu pengantin perempuannya menangis sedih melihat gurunya datang.

          Belum lagi masalah kesejahteraan guru, yang masih jauh dikatakan layak. Gaji seorang guru kala itu masih rendah, terkadang ongkos dari rumahnya kesekolah lebih besar dari pada gaji yang diterimanya. Namun hal itu tidak menyurutkan langkahnya, dalam pengabdiannya sebagai seorang pendidik. Mungkin dengan berbekal tekad yang sama, perjuangan guru, kepala sekolah dan dinas pendidikan, Sekolah mengalami kemajuan. Sedikit demi sedikit, sekolah yang semula tertinggalini mulai mengejar sekolah-sekolah lainnya dilingkungan Kota Cirebon. Prestasi demi prestasi mulai ditorehkan sekolah ini. Lingkungan sekolah SDN Karya Mulya I yang berada dilingkungan pusat pendidikan Kota Cirebon, membuat sekolah tersebut menjadi Sekolah Dasar Favorit yang diperhitungkan oleh masyarakat dan sekolah lainnya.

          Ada kepuasan di hati perempuan kelahiran Sumedang, 1 September 1955 ini, melihat kemajuan Sekolah yang dirintis bersama guru lain. Disamping itu, Eti juga merasa, sekarang Profesi Guru mulai diperhatikan oleh Pemerintah, terutama masalah kesejahteraannya.

             Sebagai Pegawai Negeri Sipil, Eti Rochaeti beberapa kali pindah mengajar. Dan terakhir dia ditugaskan mengajar di sekolah SDN Karya Winaya. Walau diusianya yang relatif tidak muda lagi, Eti Rochaeti masih bersemangat menimba ilmu di Universitas Terbuka dan tercatat sebagai Mahasiswa Program S1 Jurusan PGSD. (KON)


IRGHIANSYAH IZZUL HAQQUE

Perenang Cilik Andalan
Kota Cirebon

Begitu kita berbicara dengan putra pasangan Elin Marlina dan Sucipto tentang olah raga renang, sorot matanya terlihat berbinar.
Mas Izzi dengan Salsa

Memang, Mas Izzi dua kali dalam setiap minggunya selalu berada dikolam renang untuk latihan. Bahkan bila ada kejuaraan, dia harus berlatih setiap hari. Dan hasilnya, berbagai gelar juara sering disabetnya, terakhir menjadi juara ketiga kelas kecil tingkat Provinsi Jawa Barat.

Ternyata, bukan hanya olah raga berenang, Mas Izi juga punya hobby olah raga lainnya seperti bulu tangkis dan sepak bola.

Sementara Prestasi dibidang akademi, anak kelahiran Cirebon, 12 November 1999 ini juga pernah menjadi Juara 5 LKBB se Kotamadya Cirebon.

Irghiansyah Izzul Haqque, sekarang masih sekolah di SDN Karya Mulya I, kleas IV dan bercita-cita menjadi dokter. (KON)

SENJA LELAKI TUA

                                                                                                  

Diatas tikar lusuh
Tergolek lelaki tua tak berdaya
Meranggas dalam kegalauan jiwa
Menanti ajal yang tak kunjung tiba

Masa muda penuh gelora
Berpuluh perempuan dihempaskan dari asanya
Beribu janji ditebarkan tuk pemuas birahi
Tak ada yang teriak
Tak ada yang berontak !

Kini....
Penyesalan hanyalah sumpah serapah
Dari setiap mulut perempuan yang tercampak
Mereka kompak berteriak
Aku Muak.......!!!!!!!!!!!
                                                                                                                           
Diatas tikar lusuh itu                                                                                              
Kini dirimu menghitung hari                                                                                    
Januari 2007 Kumpulan Sajak Kang"U"Kong

Kumpulan Sajak Kang "U" Kong

SRIKANDIKU                                                                                         


Srikandiku,
Aku bukanlah arjuna yang kau impikan
Menebar pesona gagah perkasa dunia pewayangan
Menyandang busur dan anak panah dipunggungnya

Dimedan laga kurusetra
Kuhanya penonton setia perjuangan dirimu
Yang bersimbah keringat gelora
Semangat tak kenal menyerah

Namun mengapa secara tiba-tiba
kau berikan kuda dan anak panah kepadaku ?
Sementara kau harus rela jalan kaki
dengan beban dipunggungmu !

Tertatih namun tak merintih
Tak ada lelah, tak ada keluh kesah.

Semua orang bertepuk tangan
Semua orang bersorak sorai

Keberteriak menolak
Tapi...
Semua orang menunjuk hidungku
Sebagai manusia pengecut dan tak tahu malu.

Srikandiku..
Walau beribu kuda dan berjuta panah
kau berikan kepadaku
Aku bukanlah Arjuna yang mahir dalam permainan itu

Kau terus memaksaku
Kutak bisa lari dari keinginanmu yang menggebu

Aku takut.
Takut mengecewakanmu, Srikandiku !

Dengan penuh kebimbangan
Kupacu kuda itu
Kulepaskan beribu anak panah
Tanpa tujuan !!

Kini....
Setelah semua sunyi
Haruskah kumenyendiri bak seorang resi ???
Atau....
Kumencari medan perang lain dalam kehidupan ini...